Benarkah Gadget Menyebabkan Speech Delay (Keterlambatan Bicara Pada Anak)?



Benarkah Gadget Menyebabkan Speech Delay (Keterlambatan Bicara Pada Anak)? - Sengaja nulis ini karena lagi resah, belakangan ini anak-anak di rumah lagi kambuh minta nonton HP terus menerus. Padahal sebelumnya sudah tidak pernah lagi bertanya soal nonton video di HP. Sebabnya karena akhir tahun kemarin kita pulang kampung ke tempet suami di Sumatera, dan yah seperti kebanyakan orang tua lainnya kalau rewel dikit sogokannya HP hahah... (apa cuma kami aja?) 😅

Eh keterusan sampai sekarang, tapi sudah mulai mendingan sih. Yang tadinya tiap hari hampir pagi siang sore malam, sekarang sudah mending jadi sehari 3 kali atau 2 kali, uda kayak minum obat pokoknya. 😄

Tapi, untungnya sih anak-anak sudah berada di tahap lancar berbicara. Jadi, sebenarnya saya tidak terlalu khawatir soal pengaruh gadget terhadap speech delay atau keterlambatan berbicara ini. Keresahan saya saat ini adalah gimana caranya untuk stop nonton HP lagi seperti sebelumnya. Tapi, bagaimana dengan orang tua lain di luar sana?

Benarkah gadget menyebabkan keterlambatan bicara pada anak?

Terkadang orang tua sering kali menganggap sepele masalah keterlambatan berbicara pada anak usia dini. Beberapa ada yang percaya mitos bahwa perkembangan berbicara anak bisa saja terlambat karena perkembangan di bidang lain lebih cepat. 

Iyakan? Terutama orang tua jaman dulu, pasti kalian pernah dengar kata-kata seperti ini: "Oh, pantesan belum lancar bicara, ternyata jalan duluan ya" ataupun sebaliknya. Bisa benar bisa tidak sih ya hal-hal tersebut, karena gak bisa dipungkiri apa yang dikatakan orang jaman dulu ada benarnya juga. Walaupun terkadang tidak dilengkapi dengan alasan ilmiah yang jelas, semua hanya ilmu titen atau hasil mengamati kasus yang sudah-sudah.

Penelitian yang diterbitkan oleh Pediatrics Academic Societies Meeting pada 2017 menyebutkan bahwa screen-time (waktu layar) dapat membuat seorang anak mengalami keterlambatan bicara. Screen-time ini mengacu pada waktu yang dihabiskan anak di depan layar, layar yang dimaksud disini adalah layar televisi, bioskop, maupun HP dimana anak melihat gambar yang bergerak.

Dari video yang saya tonton, menurut Psikiater Konsultan Anak & Remaja dr. Anggia Hapsari, SpKJ (K). Perkembangan berbicara pada anak memiliki tolak ukur. Misal, lanjutnya, saat usia  12-13 bulan, anak seharusnya bisa memiliki satu kosa kata baru selain ‘mama’ dan ‘papa’.

Tolak ukur perkembangan bicara dan bahasa itu sebagai tolak ukur perkembangan kognitif mereka, intelektual mereka. Jadi menentukan perkembangan pada tahap-tahap selanjutnya.

Mereka yang mengalami speech delay akan memiliki risiko terkena gangguan jiwa juga ternyata, depresi, ansietas/kecemasan. Bagi mereka semua perasaan itu nggak nyaman, tapi apa? Mereka nggak bisa ngomong, sedihkah, marahkah, kecewakah, mereka nggak bisan gomong gara-gara speech delay, ngeri juga ya kalau dibiarkan berlanjut terlalu jauh.

Ada banyak faktor penyebab speech delay, salah satunya faktor lingkungan yang deprivasi. Faktor ini dapat dilihat ketika orang-orang di lingkungan mengharapkan sangat banyak pada kemampuan anak. Contohnya, ada anak baru umur 3 tahun sudah pakai 3 bahasa: Indonesia, Mandarin, Inggris. Kalau anak yang gak ada gangguan itu gak masalah, tapi anak dengan gangguan itu kacau balau.

Kemampuan kognitif tiap anak berbeda. Terlalu memaksa anak mendapat nilai sempurna terkadang malah membuatnya menjadi sosok yang lain pencemas tinggi. Takut kalau nilainya turun akan dimarahi orang tua, takut tidak disayang lagi dan lain sebagainya. Sehingga kemudian interaksi sosial anak juga akan memburuk.

Padahal pondasi besar dari kemampuan verbal anak ialah interaksi sosialnya. Dari anak yang kerap bercengkrama dengan kedua orang tuanya ataupun terbiasa bergaul dengan teman sebayanya, menjadikan anak jadi terasah kemampuan berbahasanya. Dari lingkungan terkecil yakni keluarga, anak jadi mengenal kata baru dan maknanya. Itulah sebabnya yang wajib diberikan orang tua ialah kebersamaan dalam bermain, bukannya mainan yang banyak dan mahal harganya.

Itulah kenapa saya selalu ceriwis dengan anak-anak, ceriwis dalam artian apa saja diomongin sih. Jadi, seperti dibuat lebay-lebay penuh ekspresif gitu ngomongnya. Biar anak bisa sekalian ngerti bagaimana mengekspresikan berbagai kata sesuai maknanya. Misalkan saja: marah, senang, sedih.

Alhamdulillah anak saya tidak mengalami speech delay, tapi untuk kalian para orang tua yang mencari referensi akan hal itu mungkin bisa disimak video berikut ini:




Oiya, kalau ada yang butuh informasi lebih lanjut tentang speech delay ini coba deh kepoin websitenya dini.id. Jadi, dini.id ini adalah startup yang khusus dirancang untuk memberikan program stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak dengan memadukan antara teknologi, ilmu psikologi, orang tua, dan tim ahli.

Beberapa program dini.id menurut informasi yang saya dapat, diantaranya :
  1. Sistem assessment online gratis di website www.dini.id yang dapat mengidentifikasi keterlambatan dan potensi dalam perkembangan anak.
  2. Kelas stimulasi dan intervensi sambil bermain yang dilakukan di playground-playground mitra  yang dirancang untuk mengaktifkan neuron dalam otak sehingga meningkatkan perkembangan kognitif dan menjadi dasar perkembangan tahap selanjutnya terutama untuk belajar. 
  3. Program assesment, observasi & investigasi berkala yang disupervisi oleh psikiater dan psikolog klinis untuk mengoptimalkan perkembangan anak yang berbeda-beda dan unik.

Dengan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak, diharapkan speech delay yang terjadi pada anak akan menghilang. Semoga dengan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak, speech delay dapat teratasi dan anak jadi lebih lancar bicara.

Semoga informasi kali ini bermanfaat ya. Happy Parenting! 😊



2 comments

  1. Saya punya ponakan yang orangtuanya agak terlalu sibuk.

    Anaknya sehari² direcokin sama tivi. Meski tontonan untuk Anak. Sementara sang Ayah kerja malam dan paginya istirahat.

    Saya melihat Anak tersebut meski sudah berumur 6 tahun. Tapi masih memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mengenal benda².

    ReplyDelete
  2. Sejak awal muncul, saya sudah berkeinginan buat gak bakalan kasih gadget ke anak. Meski saya belum nikah dan blm punya anak, inilah keinginanku untuk melindungi si anak dari kecanduan gadget yg justru berbahaya banget :(

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkomentar yang sopan dan membangun. Jangan bosan untuk berkunjung lagi ya. :)